Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi
sayuran hortikultura yang memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup tinggi, semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran pemerintah akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran.
Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah.
Bukan hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa.
Metode hidroponik memungkinkan para ibu-ibu yang hanya memiliki lahan terbatas bisa menanam dan memenuhi kebutuhan sayuran untuk dikonsumsi sendiri. Dengan hidroponik dengan bidang tanah yang sempit dapat ditumbuhi lebih banyak tanaman dari yang seharusnya. Kemudian hasil sayuran yang dihasilkan lebih bersih, segar dan tentunya bebas dari pestisida. Selain itu dalam penelitiannya Nicholls (1986) menambahkan pula, bahwa hidroponik memungkinkan kita untuk mengatur tanaman lebih teliti dan menjamin hasil yang baik dan serangan hama Sedangkan kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit, memerlukan keterampilan khusus meramu bahan untuk menjadi Nutrisi dalam mencukupi kebutuhan tanaman. Namun para pembaca jangan khawatir ya sekarang sudah banyak tersedia penjualan Ab Mix (Nutrisi hidroponik) di pasaran dari yang untuk sayuran, cabai, dan buah-buahan.
Kini Aspek penting yang perlu juga diperhatikan dalam menentukan keberhasilan budidaya hidroponik adalah pengelolaan tanaman yang meliputi persiapan bahan media, larutan nutrisi, pemeliharaan, aplikasi larutan nutrisi, panen dan pasca panen.
Penelitian tentang macam media tanam hidroponik pada tanaman selada sudah banyak di lakukan,
namun demikian hasil penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-beda, hal ini terkait dengan waktu dilakukannya penelitian serta kondisi lingkungan yang berbeda-beda.
Siswandi, Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Slamet Riyadi melakukan penelitian dengan melihat pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil selada hidroponik dengan tujuan untuk melihat media tanam yang mana yang nantinya akan menghasilkan pertumbuhan yang baik bagi selada. Penelitian ini menggunakan Bahan yaitu antara lain:
Hasil Penelitian
Tinggi Tanaman
Berdasarkan tabel tinggi tanaman dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi di dapat pada perlakuan menggunakan Media Pupuk Kandang dengan tinggi 31,93 cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah pada perlakuan menggunakan Media Arang dengan tinggi 7,37 cm.
Menurut Gardner (1985) bahwa ada 3 hal penting yang mempengaruhi pertumbuhan batang yaitu adanya cahaya, zat pengatur tumbuh, dan nutrisi. Tanaman yang kekurangan cahaya akan menunjukkan gejala ETIOLASI yaitu wujud morfologi tanaman yang tumbuh pada tempat yang kurang terkena sinar matari. tanaman yang hijau berubah menjadi pucat kekuning-kuningan karena tidak terbentuknya klorofil (zat hijau daun). Meskipun tanaman tersebut dapat makan dari sumber cadangan makanan, pertumbuhan tertap terhambat. batangnya menjadi panjang dan kurus, perkembangan daun dan akarnya tidak baik, sedangkan jaringan dalamnya lembek. Gejalan ini ada kaitannya dengan peningkatan auksin yang bekerja secara sinergi dengan GA3. Sedangkan nutria dan ketersediaan air mempengaruhi pertumbuhan ruas, terutama oleh perluasan sel nitrogen dan media tersebut tidak bisa menahan kelembaban, yang akibatnya media tanam cepat kering dan akar tidak mampu menyerap nutrisi secara maksimal.
Pada penelitian ini karena diatur penempatanya sehingga tidak terjadi persaingan dalam memperoleh cahaya,
dengan demikian perbedaan tinggi tanaman terjadi akibat dari perbedaan karakter dari masing masing media tanam. Media tanam pupuk kandang, arang sekam dan batang pakis merupakan media tanam yang mampu menyediakan aerasi yang sangat baik dan mampu menyimpan kelembaban yang cukup lama sehingga ketersediaan unsur hara pada media selalu terjaga akibatnya pertumbuhan tinggi tanaman dapat maksimal, sedangkan media tanam pasir pada penelitian ini menjadi mampat dengan demikian aerasinya sangat jelek berbeda dengan media tanam arang dan sekam padi juga menghasilkan tinggi tanaman yang rendah.
Jumlah Daun
Pada Pengamatan mengenai Jumlah Daun maka diperoleh hasil Jumlah Daun terbanyak terdapat pada media dengan menggunakan Arang Sekam yaitu sebanyak 6,55 Helai daun. Dan Jumlah daun sedikit terdapat pada penggunaan Media Arang yaitu sebanyak 3,53 Helai daun.
Perbedaan hasil jumlah daun pada Media tanam arang sekam, media tanam pupuk kandang dan media Batang Pakis tidak berbeda jauh hal ini disebabkan ketiga media tanam hidroponik yang bersifat sangat porous sehingga mampu menyediakan udara yang banyak bagi pertumbuhan akar dengan demikian
akar tumbuh cepat dan mampu menyerap nutrisi maksimal yang digunakan untuk pertumbuhan daun. Sedangkan Antara Media Arang, Media Sekam Padi, Dan Media Pasir memperoleh jumlah daun sedikit disebabkan Ketiga media ini bukan merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan tanaman karena
sifatnya yang tidak mampu menyerap dan menahan air bahkan untuk media pasir menjadi mampat.
Berat Tanaman
Berdasar pada tabel diatas menunjukkan bahwa berat segar
tanaman konsumsi terberat diperoleh pada perlakuan media batang pakis yaitu seberat 55.14 Gram. Sedangkan Berat tanaman konsumsi teringan diperoleh pada perlakuan media arang yaitu seberat 2,84 Gram.
Hal ini disebabkan karena media batang pakis, media arang sekam dan media pupuk kandang merupakan media tanam organik yang mampu menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman disamping itu ketiga media tanam tersebut bersifat sangat porous sehingga mampu menyediakan oksigen untuk respirasi akar yang akibatnya pertumbuhan akar maksimal dengan tajuk yang tumbuh maksimal juga hal ini bisa dilihat juga pada pengamatan jumlah daun yang maksimal pada ketiga perlakuan tersebut. Media arang dan media sekam padi walaupun keduanya merupakan media organik tetapi tidak mampu menyediakan unsur hara karena masih mentah belum mengalami dekomposisi disamping itu keduanya tidak dapat menyerap dan menahan air sehingga hasilnya rendah, sedangkan media pasir merupakan media anorganik yang tidak bisa menyediakan unsur hara dan bahkan mampat sehingga perakaran terhambat.
Indeks Panen
Berdasarkan pada pengamatan tabel 4 mengenai Indeks Panen maka diperoleh indeks panen tertinggi yaitu perlakuan pada Media Arang Sekam sebesar 0,88. Namun hasil ini tidak berbeda dengan perlakuan Antara media Tanam Pupuk Kandang dan Media Batang Pakis. Sedangkan Indeks Panen terendah diperoleh pada perlakuan Media Tanam Sekam Padi sebesar 0,60 dan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan antara media Arang dan Media Pasir.
Hal ini disebabkan karena indeks panen menyangkut pertumbuhan pucuk dan akar. Pertumbuhan kedua organ tersebut sangat kompleks terutama pada hal mobilisasi fotosintat itu banyak faktor yang mempengaruhi tanaman mempunyai sifat, apabila keadaan terbatas maka pertumbuhan akar akan digalakkan untuk mendapatkan hara dan air lebih banyak. Ditambahkan oleh penelitian gardner (1985) menyatakan bahwa pada keadaan stress air, tanaman akan membentuk pertumbuhan akar yang lebih besar dibadaningkan apabila tanaman tida mengalami kekeringan. Sifat pertumbuhan akar adalah geotropi positif maka dengan kekeringan air mengakibatkan rangsangan tumbuh lebih kedalam sehingga nisbah/tajuk menjadi lebih kecil. Dikatakan pula bahwa pertumbuhan akar akan lebih digalakkan apabila persediaan hara nitrogen terbatas.
Kesimpulan
Media tanam Arang Sekam, Pupuk Kandang, Batang Pakis merupakan media tanam hidroponik yang terbaik memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman selaka (Lactuca sativa L) dibandingkan dengan media tanam pasir, sekam padi dan arang. Sehingga apabila akan membudidayakan selada secara hidroponik dapat menggunakan media Arang Sekam Atau Pupuk Kandang, Atau Batang Pakis tergantung dari ketersediaan bahan bahan tersebut.
0 comments:
Post a Comment